Untuk Sebuah Alasan






















'BUGHH!!' sebuah senjata laras dipukulkan pada tengkuk seorang bocah 12 tahun.
‘arrghh..’, sang Anak kontan mengaduh kesakitan. Pukulan di tengkuk tentu akan merambatkan sakit ke sekujur badan karena disitu adalah salah satu pangkal saraf.

BERSUJUDLAH!!!!Seorang tentara dengan bedge  Israel menggertak geram pada sang Anak.
Dengan lirih menahan nyeri, sang Bocah menjawab: “Tidak! Saya tidak akan bersujud kecuali kepada Allah…”














Demikian dilansir oleh Baeitsalem, kantor HAM di wilayah entitas Zionis dalam laporannya pada tanggal 20 Februari 2010. Sang Bocah, Ahmad Shiyam adalah warga kawasan Silwan, wilayah AlQuds terjajah. Hal tersebut juga bukan hanya terjadi padanya, sebab banyak bocah dengan kisaran usia 12-15 tahun, ditangkap dan diintimidasi seperti demikian oleh tentara Zionis. Allahu a’lam apa motif dibalik kebiadaban itu.
Subhanallah..
jawaban, pendirian, dan kesabaran yang luar biasa bagi seorang bocah.
Tak mudah memilki keteguhan semacam demikian, kecuali kita punya motif kuat yang melatari. Motif merupakan dorongan dalam diri manusia yang timbul dikarenakan adanya kebutuhan-kebutuhan yang ingin dipenuhi oleh manusia tersebut. 
Motif jadi semacam rahim bagi sebuah tindakan untuk lahir dari diri kita. Setiap bayi itu pada dasarnya terlahir suci, orang tua dan lingkunganlah yang kemudian membentuk karakternya.

Pun sama halnya dengan motif. Pada mulanya tindakan setiap manusia hanyalah niat, yang belum condong pada baik atau buruk. Tapi motif akan membimbing niat yang netral itu untuk melahirkan suatu kebaikan atau keburukan. Sehingga intinya, motif akan menentukan kualitas tindakan yang akan kita lakukan.

Banyak macam motif yang akan melatari setiap tindak-tanduk kita.

Ada motif informatif. Inilah mungkin yang menyebabkan seorang mahasiswa bisa memiliki IPK cum laude, seorang dosen selalu berhasrat pada penelitian, atau seorang anak kecil untuk belajar mengaji. Motif ini ada karena keingintahuan.
Ada motif hiburan, yang menyebabkan kawasan braga selalu ramai di penghujung malam, Cineplex 21 selalu sold out, atau kawasan puncak selalu ramai di akhir pekan. Motif ini ada karena keinginan akan kesenangan.

Ada juga motif integrasi personal, semacam keinginan untuk meningkatkan kualitas dan kapabilitas pribadi. Lain halnya dengan motif integrasi Sosial, yang ada karena kebutuhan akan terjaganya eksistensi diri.

Satu lagi, yang pasti ingin sama-sama  kita hindari. Motif Pelarian. Semacam kepengecutan pribadi untuk berhadapan dengan tantangan-tantangan hidup yang memang pada umumnya bukan hal ringan bagi yang menghadapi.

Beruntunglah setiap muslim karena Islam mengajarkan: “innamal a’malu bin niyyat, likullim ri immannawaa”, Setiap amalan itu tergantung niat, Setiap orang akan mendapat apa yang ia niatkan.

Seorang kawan baik pernah menceritakan tentang kawan nasraninya yang berkata: “Saya benar-benar kagum dengan agama kalian (islam), dimanapun kapanpun selau setia untuk beribadah”. Itu dikatakannya setelah menyaksikan bagaimana Rizvan khan (tokoh yang diperankan Shah Rukh Khan dalam film My Name is Khan), selalu tulus menunaikan ibadah dimana saja serta berjuang dengan gigih mengatakan pada Presiden AS, “My Name is Khan, and I’m not a terrorist.

Pujian dari orang nasrani tersebut diutarakan karena ia kagum atas motif tulus Khan dalam menunjukkan komitmennya pada Islam. Ia berpikir semua muslim adalah demikian.
Percayalah sahabat, bahwa setiap muslim memang bisa seperti Khan dalam ketulusannya, dalam kegigihannya pada kebenaran.

Tak perlu menyalahkan dan menyesali masa lalu dan lingkungan karena keterpurukan serta kesedihan kita, sebab setiap akibat yang kita terima pada dasarnya adalah umpan balik atas keputusan dan motif-motif kita.
Tak perlu banyak beralasan saat berhadapan dengan kegagalan bila kita memang telah mengikhtiarkan yang optimal.
Bocah Palestina di awal catatan ini bisa mengagumkan kita karena ia punya alas an yang tulus untuk tak bersujud terkecuali hanya pada Allah. Motifnya jujur, tulus, serta dibarengi keimanan kuat, maka terbentuklah kegigihan.

Lalu bagaimana dengan kita?
Masihkah kuliah hanya sekedar ‘manut pada orang tua’? Masihkah mengerjakan tugas-tugas hanya karena itu adalah tuntutan dosen?. Masihkah mau berpanas pantat duduk lama mendengar kuliah hanya karena merasa ‘itu harus’?

Kita harus punya alasan yang jelas atas segala tindakan. Alasan yang baik, akan jadi Rahim yang melahirkan tindakan positif. Kelola hati, kendalikan pikiran, supaya keduanya bisa berpadu menghasilkan motif yang positif.



Jangan hidup karena pengaruh kawan, situasi atau ajakan-ajakan, tetapkanlah sebuah pilihan, sebab kita, memang akan terus bergerak, untuk sebuah alasan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...