SATU Permulaan



Sang pengemis tak pernah mengira dirinya akan kejatuhan rasa sebahagia ini. Sekarunia ini. Namun ia heran juga sebab bukan karena tengah banyak rizki ia gembira. Bukan karena utangnya dapat lunas. Bukan karena uang. Bukan karena uang.


Angsana di pinggir jalan juga entah kenapa seperti sama ikut bahagia. Ia tak kenal si pengemis meski tiap hari mengais rizki dibawah dirinya. Lewat bahasa yang serba tidak dimengerti manusia, Angsana gembira memperoleh karunia cuaca yang amat elok. Lembayung dan fajar seperti ingin saling temu kangen di tengah siang. Begitu halnya dengan redup-redup bulan. Mereka berkumpul mengatapi langit dengan nyanyian yang memuji-muji. Alangkah suci.

Lalu lewat seorang Ibu, menelungkupkan selembar merah terlipat pada kaleng derma sang pengemis. Sambil lalu, ia tersenyum. Entah kenapa sang Ibu merasa ada Pialang yang merombak isi hatinya jadi ladang-ladang kurma, teduh di gersang padang tandus.

Ditengah rimbun dedaunan Angsana, mata yang jeli akan dapat menyaksikan seekor anak burung yang entah kenapa ia pun tak henti ceria di siang ini. Padahal pagi telah lalu. Padahal induknya belum lagi pulang menghantar makan. Duhai andai manusia kuasa mengerti cericitannya, ia ingin menyampaikan kabar yang didengarnya dari sang angin yang bercerita tentang seekor burung yang pernah sangat berjasa bagi manusia. Leluhur yang baginya satria sebab rela mengintai-intai Balqis dan sempat dimarahi Sulaiman.

Dan begitu pula ternyata yang dialamai makhluk lain di sekitar mereka. Manusia, tetumbuhan, juga rerupa hewan dari yang nampak sampai tak kasat mata, semua tengah bahagia dengan nasib mereka di siang ini. Dan mereka sama-sama tak tahu apa alasannya. Namun tentu ada yang mengetahui musabab apa yang menghendaki karunia besar ini menimpa makhluk-makhluk. Mereka adalah para penghuni langit. Makhluk mulia Yang atas rahmat Tuhan dapat mengetahui perihal kegembiraan ini.

Malam lalu langit dikejutkan dengan sebuah cahaya yang melesat dari bumi. Cahaya itu menari-nari lincah mengejutkan sekaligus menghibur para penghuni langit yang tengah sibuk dengan tugas dari Tuhannya. Lama-kelamaan tontonan itu makin seru sebab sang cahaya ternyata hendak merubuhkan sebuah tiang pancang yang kokoh di sebuah lapisan langit. Cahaya itu bersikeras! Bersikeras!! Bersikeras!!!

Makhluk-makhluk langit itu pun kian terpana. Sebab ternyata sang cahaya berhasil menundukkan tiang kokoh itu, lantas ia bersemadi dengan alangkah khusyu mengganti tiang itu. Sejak malam hingga siang ini cahaya itu kian memendar cantik di angkasa sana. Cahaya itu dengan ajaib merambat di hampa angkasa. Menyentuh segala benda, mengetuk rasa setiap makhluk. Itulah jawab atas kebahagian yang dirasa para makhluk di siang ini.

Dan kini tetinggal lagi pertanyaan, Cahaya apa pulakah itu? Yang betapa ajaib meluncur dari bumi, memendar di langit, lalu kembali meresap ke bumi?

Cahaya itu adalah anda, saudaraku.
Cahaya itu adalah anda yang mau memaknai tulisan ini dengan hati. Yang mau bersama-sama meresapi segala macam kandungannya dengan niat dan prasangka yang baik.

Cahaya itu bisa Saya, Anda, pun siapa saja yang dengan tulisan ini bisa kian dekat dengan Sang Pencipta Hikmah. Yang dengan kebaikan yang diterima dari tulisan ini mampu memunculkan tekad kuat untuk menebar kebaikan seluasnya semampunya.

Percayalah, tekad kuat yang termanifestasi dalam rangkaian tawakkal, do’a serta upaya kita akan punya kuasa untuk mengubah Takdir yang telah Allah pancangkan di Lauh Mahfudzh sana. Dan manifestasi dengan motif kebaikan inilah yang akan dengan ajaib, tumbuh tanpa benih, dihati makhluk sekitar kita.






2 komentar:

  1. Balasan
    1. SIaaaP! rencananya ini mmg prolog bos. Blm bisa ky tmn2 nh, blm bisa tekun nulisnya :P

      Hapus

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...