Sampai sekarang, senang rasanya melihat para remaja bercengkerama. Tentang apapun. Sekolahnya, pergaulannya, cintanya, mimpinya, optimismenya, dan lainnya. Betul-betul sangat senang. Ekspresi mereka segar. Beda bila mereka sudah masuk fase dewasa yang kemungkinan besar bakal banyak tercemar.
Bukan curhat atau minta dikasihani, honestly saya gak nemu masa-masa itu di kehidupan remaja saya. Bayangkan, kalau sejak SMP ada ABG yang mempertanyakan konsep ketuhanan, sampai SMA terus bergelut dalam dan panjang tentang hakikat hidup, cinta, sufisme dan teologi. Gilanya, meski sejak kecil lahir dari rahim muslimah, tumbuh dengan nuansa keislaman, belajar dengan Guru-guru Muslim, dia sempat pula ada rasa pada kristus. ya, itulah Saya!
Masa remaja yang bagi kebanyakan rasanya memang gak banget. Sebab itu ada hal unik justru yang mesti saya lakukan saat ini demi mengerti remaja. Saya cukup lama ikut aktif di pembinaan remaja dan juga menulis cerpen pop dengan tema remaja. Ini bukan kesialan tentu, ketika karena feel yang dilewat pada waktunya, saya mesti eksplore banyak sumber cuma untuk dapet soul-nya remaja.
Hikmah hebat dari ini semua adalah mengenai pilihan, kata hati, dan panggilan jiwa.
PILIHAN, kawan sekalian. Adalah input mutlak yang terus ada sepanjang kamu memang merasa manusia hidup. Pilihan, anggap saja sebagai inbox dari Tuhan. Isinya, terlepas dari benar/salah dalam memilih, adalah semacam tantangan untuk mematangkan. Syaratnya satu saja, cenderungkan hati pada suara Tuhan, pada nurani, bukan pada bisik dan dorongan pribadi. Orang semacam ini, akan cenderug ikhlas, dan ikhlas selalu berbuah ketenangan.
Lalu KATA HATI. Ada pepatah kuno India mengatakan, Apa yang pertama terbersit di hati adalah suara Tuhan, sedang yang berikutnya adalah keinginanmu sendiri. Hati-hati dengan kata hati, sebab pertarungan ego dan naluri biasanya luput dari perhatian diri kita sendiri.
Nah, untuk ungkapan yang terakhir, PANGGILAN JIWA rasanya memang ada mirip-miripnya sama kata hati. Tapi buat saya beda. Kata Hati, semacam respon atas suasana dan pilihan yang datang. Panggilan Jiwa, buat saya lebih instruksi atas semacam God's Voice. Jadi, panggilan jiwa tak menuntut pilihan, ia hanya menuntut kita datang, berjalan ke arahnya, itu!
Memahami ketiga hal itu, akhirnya membuat saya tak menyesali apapun yang terlewat. Sebab pada hakikatnya, dengan jangkauan indra yang terbatas kita akan selalu berbagi kesempatan dan pengalaman dengan seluruh manusia di dunia.
Seluruh hidup kawan, bagaimanapun siklusnya. Selancar siklus air maupun kebolak-balik tingjuralit akan selalu mempertemukan kita dengan Pilihan, Kata Hati dan Panggilan Jiwa. Ketiganya harus ada di Perahu yang sama. Pilihan adalah Perahu yang dipilih. Dari pesiar besar sampai jukung kecil, hanya satu yang harus dipilih. Kata Hati adalah Layarnya, yang harus diarahkan dengan Panggilan Jiwa, sang angin.
Bila menentang angin, fatal akibatnya pelayaran kita. Bila salah mengemudi layar, keliru pula arah dan cepat-lambat pelayaran. Bila salah pilih tumpangan, habislah kita sebelum sempat berlayar :)
Kawan, hidup ini lautan. Sekilas Luas nyaris tanpa batas. Laut sudah Tuhan beri rentang. Sebab itu, perahu yang berlayar sejauh apapun pasti akan kembali berlabuh ke titik tolak pelayarannya.
Maknanya, terlepas benar salah dalam memenuhi Pilihan, Kata Hati dan Panggilan Jiwa, kita akan kembali pada muasal: Dimensi yang Tuhan gelari Akhirat.
Disana orang yang pandai berlayar bertemu Dermaga Syurga.
Disana orang yang tersesat akan menjumpai kebingungan yang lebih hebat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar