Lembar



Cover depannya masih bagus, bisa dilapis ulang, disampul lebih cantik. Kubalik, cover belakangnya masih seperti dulu dicetak. Masih memuat resum pernyataan-pernyataan bernas yang belum dapat kubaca seutuhnya. Rangkaian huruf yang sulit dimengerti, mengalirkan imaji dan seringkali menyumbat kepercayaan diri.



Diantara kedua sampul, terikat berlembar-lembar halaman. Sebagian telah terisi, sebagian lagi masih ada yang kosong. Selama ini, yang kutahu aku hanya harus menulis di lembaran tersebut dengan sangat hati-hati dan cermat. Sayang, aku banyak teledor sehingga cukup banyak halaman-halaman berisi tulisan tak berguna. 
Ingin rasanya kusobek. Namun, buku ini telah terikat sempurna oleh yang membuatnya. Dijilid sangat rapi sehingga lembaran yang tlah keliru terisi tak kan bisa dihapus atau disobek. Yang ajaib malah, terkadang buku ini bisa ditambah lembarannya, dengan cara tertentu yang tak kupahami.

Itu bukuku, bagaimana dengan bukumu kawan?

Bukankah hidupmu juga serupa buku?

Ada cover depan yang nyata telah mencatatkan identitasmu sejelas-jelasnya bukan? Namamu, Kapan kau lahir, bagaimana, dari rahim wanita mana, oleh orang tua mana kau dibesarkan telah elok terhias disana. Alami, tak ada coretan.

Dan kau juga harus sepakat,
bahwa cover belakang yang misterius itu belum bisa kita apa-apakan. Yang pasti, jilid belakang itu harus diukir dengan upaya keras agar dapat seindah keputusan Tuhan yang terpampang di depannya.

Lalu bagaimana dengan lembaran-lembaranmu?

Kalau aku, aku tak bisa mengelak lagi bahwa memang terlalu banyak lembaran lalu yang hanya menghitam. Tinta hitam yang tergerat disana, banyak luntur mencemari halaman-halaman lain. dan seperti kubilang, ia tak bisa disobek, tak bisa dihapus. Sayang. Sungguh sayang memang.

Maka yang realistis,  

Buat mengobati halaman yang memburuk itu, halaman-halaman berikutnya mesti dihias kualitas.

Jangan lupa bahwa ini bukan buku sembarangan. Berlembar kertas yang diapit jilid tebal itu bisa hanya jadi Stensilan atau bahkan art paper. Dan ssst, ini cukup kita yang tahu. Kertas itu bisa berubah jenis karena sesuatu yang orang ramai bilang adalah keimanan dan ketaqwaan. Jangan tanya padaku bagaimana keduanya bisa secara ajaib mengubah kertas buku kita. Yang jelas dan ini yang kutahu, kata Tuhan begitu.

Lembaran itu juga mesti kugerat dengan pena yang lebih berkualitas tintanya, dengan tulisan yang lebih berukir dan nyaman dipandang. Mesti ada warna pula. dan mudah-mudahan, aku bisa mendapat warna itu atas pengalaman-pengalaman yang bermakna bersama kalian,

wahai sesama manusia yang sibuk dengan Bukunya sendiri-sendiri.


Bandung, 22 Ramadhan 1433 H

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...