Pages - Menu

Ketika Matahari terbit di Barat



Judul tulisan ini adalah kemustahilan. Setidaknya bagi non-muslim, demikianlah adanya. Fakta sains yang selama ini dipahami belum bisa mengantarkan logika kita pada adanya kemungkinan bahwa hal tersebut punya potensi untuk jadi mungkin.

Namun bagi para muslim lain cerita. 
Orang-orang muslim 14 abad terakhir tumbuh dengan salah satu keyakinan pada diri mereka bahwa salah satu ciri dari datangnya hari akhir adalah terbitnya matahari dari arah barat.
Peristiwa ini (bila diyakini sebagai fenomena alam), diyakini adalah bagian dari tanda-tanda yang dimaksud Allah dalam surat Al An'am ayat 158 :
Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda Tuhanmu tidaklah bermanfaat lagi iman seseorang bagi dirinya sendiri yang belum beriman sebelumnya atau dia belum mengusahakan kebaikan dalam masa imannya. 
Jumhur ahli tafsir telah menyepakati bahwa sebagian tanda-tanda di dalam ayat itu adalah terbit matahari dari arah barat. 

Cukup banyak hadist yang menerangkan frase tersebut. Diantaranya hadits riwayat Muslim nomor 2942 dan Abu Dawud nomor 4310 dari Abdulah bin Amru bin Ash berkata, 'Aku menghafal dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam sebuah hadits yang tidak pernah aku lupakan, saya mendengarnya bersabda, "Sesungguhnya tanda Kiamat yang pertama kali muncul adalah terbitnya matahari dari barat, keluarnya binatang bumi kepada manusia di waktu dhuha. Apa pun yang muncul terlebih dahulu maka yang lain akan segera menyusul di belakangnya."'



Kemudian dari Abu Hurairah bahwasanya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bersegeralah beramal sebelum datangnya enam perkara: terbitnya matahari dari barat, dukhan, Dajjal, binatang bumi, teman khusus kalian dan urusan umum." (HR. Muslim nomor 2947).  Hisyam bin Amir berkata, bahwa yang dimaksud dengan Teman khusus adalah kematian. Qatadah berkata, maksud dari Urusan umum adalah Kiamat.

Juga dari Abu Hurairah berkata, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam bersabda, Kiamat tidak datang sehingga matahari terbit dari barat. Jika manusia melihatnya maka mereka semua beriman.


Dalam riwayat lain, "Jika matahari telah terbit dari arah barat dan orang-orang melihatnya, maka mereka semua beriman. Pada saat itu iman seseorang tidak lagi berguna untuk dirinya selama dia belum beriman sebelumnya atau memperoleh kebaikan dalam imannya." (HR. al-Bukhari 7/190 dan Muslim nomor 157) 


Umat Islam secara keseluruhan telah ber-ijma, bahwa terbitnya matahari dari barat adalah salah satu tanda Kiamat kubro berdasarkan hadits-hadits yang shahih dan jelas begitu pula al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa sallam. (sumber)
Mohon koreksi bila ada diantara hadist-hadist tersebut yang merupakan hadist yang lemah periwayatannya atau malah palsu.

Saya tentunya bukan pakar hadist atau cendekiawan muslim yang andal. Sehingga catatan kecil ini juga tidak mengambil alur sudut pandang dalam rangka menginterpretasikan hadist-hadist tersebut pada 'kesesuaian-kesesuaian' di zaman ini (fakta hadist). 

Sebagaimana sejak 2012 ramai informasi berseliweran mengenai NASA yang mengkonfirmasi adanya kemungkinan matahari terbit dari barat. Namun hingga saat saya menulis ini, informasi tersebut memang hanya seliweran. Tak jelas siapa yang memulai dan yang paling jelas darinya hanyalah bantahan keras dari pihak NASA sendiri.

Adapula yang menyebut-nyebut kemungkinan matahari terbit dari barat ini atas teori dari riset Demitri Bolykov dan Prof.Nicolai Kosinikov. Sampai ini ditulis juga saya tidak begitu memedulikan apa benar mereka berdua mengemukakan teori tersebut. 



Bila benar, memang Allah Maha Besar dan Kuasa. Jika berita-berita itu tidak benar, maka Kebenaran yang datangnya dari Allah pastilah mustahil keliru. Tidak mungkin produsen mencurangi produknya sendiri bukan? Bila mungkin, biasanya itu hanya siasat bagian marketing, hehe.

Sebab sekali lagi, apa yang hendak saya tuturkan disini juga tak berkenaan dengan fakta literal dari hadist-hadist diatas. Sekali lagi, tak berkenaan dengan fakta literal dari hadist-hadist diatas
Saya hanya ingin mengajak kita untuk rileks dan melihat dunia dengan lebih sederhana. Semrawut bila pikiran dan waktu hidup kita di dunia hanya dijejali hoax dan hoax.



Bayangkan kita tengah duduk di bangku kayu antik dengan cakrawala berlangit biru serta bunga warna-warni yang bermekaran disana-sini. Mereka (makhluk-makhluk itu) tumbuh, berkembang, memenuhi peran ekologis mereka begitu saja bagaimanapun hiruk  pikuk dunia adanya. Sebuah bibit kecil nan rapuh saat bertemu tanah dan menerima air serta matahari akan terus berkembang hingga akhirnya jadi bunga yang cantik. 
Setidaknya sesederhana itulah metafora dari kebenaran. Sesuatu yang benar, yang alami, akan tumbuh, berkembang, tersebar bagaimanapun mekanismenya, bagaimanapun lingkungan memberi beberapa distorsi pada prosesnya.

Sehingga, atas kebenaran yang datangnya dari Allah yakinlah itu benar tanpa perlu membumbui dan memaksakan 'marketing islami' dengan segala rupa redaksi.

Coba lihat ceramah Dr. Zakir Naik mengenai mematahkan argumen atheis dalam 30 menit.
Satu kalimat yang sering Ia ungkapkan dalam ceramah dan nasehat setengah jamnya itu adalah "Don't argue with Him!". Yang dimaksud adalah orang-orang yang tak percaya pada Allah. Pada penggalan ceramahnya itu Dr. Zakir Naik juga memberikan pesan untuk membimbing dengan logika dan kelembutan, bukan saling kencang urat leher. "Do not argue!"
Maka sekarang bersihkan segala rupa hoax dan kemungkinan hoax itu dari cakrawala pikiran kita. Cukup penuhi dengan bagaimana meningkatkan keyakinan pada Allah (iman) dan merealisasikannya dengan berkhidmat pada kemanusiaan. Agar pikiran kita tetap biru tanpa pekat polusi.

Nah, disini sebetulnya simpul catatan ini.

Tentang berkhidmat pada kemanusiaan dan implikasinya pada terbitnya matahari di barat.

Ada petikan dialog menarik dalam sebuah diskusi panel mengenai The Future of World Religions yang diselenggarakan oleh Pewresearch Centre. Pewresearch adalah sebuah lembaga nonpartisan Amerika yang melakukan kajian terhadap isu-isu sosial, opini publik serta tren demografi di Amerika khususnya dan juga skala global. Lembaga ini biasa melakukan polling opini publik, kajian demografis, analisis media serta kajian sosial empirik lainnya. Merupakan anak perusahaan dari The Pew Charitable Trust.

Ada pertanyaan dari sang moderator mengenai fakta berubahnya agama mayoritas sebuah negara. Redaksinya kurang lebih, "Apakah terdapat data mengenai agama mayoritas sebuah negara yang berganti signifikan baik dari Kristen ke Islam maupun sebaliknya dan bagaimana implikasinya?" Berikut saya kutip poin-poin penting dari jawaban 2 moderator yang menjawab pertanyaan tersebut:
  • Di negeri mayoritas muslim, hampir tidak ditemui kasus perubahan yang signifikan. Jikapun ada, angkanya sangat kecil. Secara umum, komposisi demografi berdasar agama di negara-negara tersebut cukup stabil.
  • Perpindahan yang cukup menonjol justru terlihat di negara-negara barat. Sebagian besar ada yang terjadi karena proses migrasi, ada pula yang memang terjadi karena pindah agama. Sebagai contoh, 10% dari populasi muslim di Perancis memeluk islam karena pindah keyakinan, bukan sebab keturunan.
  • Negeri-negeri muslim cenderung stabil sedangkan negeri-negeri bermayoritas kristen cenderung akan berubah.
  • Efeknya dari perubahan ini adalah meningkatnya populasi muslim dengan sangat cepat
  • Kaitannya dengan fertilitas, pemeluk kristen secara demografis masih berkembang sangat pesat dibandingkan dengan atheis. Hanya saja kita tidak bisa mengabaikan fakta bahwa puluhan juta orang di Amerika dan Eropa telah dan akan meninggalkan kristen, ditambah pertumbuhan kristen secara signifikan makin rendah karena banyak yang memilih tak beragama. 
Nah, sudah sedikit tersimpul bukan?

Mengenai peran migrasi, okelah tentu itu otomatis akan mendongkrak islamisasi. Namun saya ingin menekankan pada yang 10%. Ya, faktor 10% dari islamisasi itu. Terjadi karena dakwah para muslim di negeri-negeri barat itu. Perlahan namun pasti, mengubah kesadaran manusia dari yang merasa memiliki 'True God' jadi merasa 'it False God', 'I do not believe God' 'God(s) are lying', dan lain-lain. Perubahan itu mengalir dengan penuh kesadaran, tanpa paksaan. Hingga seperti pada poin keempat inti jawaban diskusi diatas, banyak sekali yang akhirnya memilih untuk tak beragama. Atau lebih tepatnya, 'sementara saya tak ingin beragama dulu, karena saya kecewa pada Tuhan yang selama ini saya tahu, yang diajarkan pada saya, namun saya tetap akan mencari kebenaran tentang Tuhan'.

Islam Growing Fastest                   Long-Term Projections of Christian and Muslim Shares of World’s Population
Setidaknya begitulah jika kondisi tersebut dinarasikan. Sebab pada faktanya, konversi keyakinan pada Islam tumbuh cukup pesat. Sebagaimana dilansir oleh Carnegie Eendowment for International Peace pada 2007 memperkirakan 6 agama dengan tingkat pertumbuhan paling tinggi yaitu Islam (1.84%), Bahá'í (1.7%), Sikhis1.62%), Jainis(1.57%), Hindu (1.52%), dan Kristen (1.32%). Tingginya angka kelahiran diduga sebagai sebab utama dari pertumbuhan tersebut.[sumber] Namun fakta yang cukup menarik berasarkan sumber-sumber lain termasuk catatan Guinness World Records, Islam merupakan negara dengan tingkat pertumbuhan tercepat di dunia dengan banyaknya yang berlaih keyakinan pada Islam setiap tahunnya.[sumber] Sayang dua sumber rujukan terkahir ketika di-klik sudah tak ada. Di web Guinness World Record pun fitur pencariannya tidak menampilkan hasil mengenai mayoritas konversi pada Islam sebagaimana pada potongan artikelnya yang dapat dilihat disini. Di Inggris, jumlah wanita yang menjadi muallaf pada 2013 berjumlah 100000 orang (sumber). Sedang di Perancis, muallaf berambah dua kali lipat hingga kini setiap tahunnya dapat mencapai 150000 orang (sumber).  
Dalam catatan Guinnes tersebut, dalam rentang tahun 1990-2000, 12.5 juta orang berpindah keyakinan dan mereka memilih Islam ketimbang agama lain sebagai pedoman hidup. Tulisan Andrea Elliot di New York Times 30 April 2005 menginformasikan 25% Muslim Amerika adalah muallaf. 


Mengapa Islam lebih menjadi pilihan bagi para muallaf disana? Sebuah artikel yang cukup jadul dalam Christianity Today (20 Agustus 1990), tertulis bahwa setidaknya ada 5 alasan utama yang mendorong seseorang untuk memeluk Islam:
  • 'Doktrin' Islam sungguh sederhana
  • Rasional
  • Muslim, tanpa memandang jenis kelamin, harta, dan pangkat seluruhnya setara
  • Merupakan agama aplikatif
  • Tak ada imamat (priesthood)
Dalam buku Neighbors: Muslim in North America, faktor-faktor pendorong tersebut berdasarkan depth in interview penulis buku terangkum pada tiga hal, yaitu:
  • Tidak diskriminatif
  • Ajarannya dapat menjadi pedoman hidup yang jelas dan penuh disiplin
  • Konsep ketakwaan dan taubat yang jelas

        

Petikan-petikan tersebut sepertinya cukup untuk menunjukkan signifikansi berkembangnya Islam di barat sana. Berkaitan dengan apa yang saya utarakan sebelumnya mengenai peran dakwah para da'i yang berkhidmat untuk kemanusiaan, berkhidmat tentulah sebuah bentuk komitmen yang berat. Berkhidmat adalah mentalitas bagi orang yang jiwanya sudah lapang dari segala jenis euforia materiil. Sebab itulah sejak dalam sejarah panjang Islam, selalu akan sulit ditemui secara spesifik nama-nama da'i yang telah membawa islam ke segala penjuru dunia. Di Jawa Barat tempat saya tinggal, setiap bepergian ke pelosok kota/kabupaten di 27 kota/kabupaten se-Jabar mestilah ditemui pesantren. Yang jika dirunut asal usulnya adalah bentukan para da'i-da'i di masa lalu. Sebagian kecil namanya terkenang, sebagian besar tak diketahui.

Barangkali, dan ini masih barangkali. Spirit berkhidmat ini mungkin yang terasa lebih menggebu di barat sana. Tentu sulit mengukur akurasi kuantitas/nilai keikhlasan seseorang. Namun bila signifikansi berkembangnya islam di barat sana lebih besar, barangkali konklusi tadi bisa digunakan. Dengan menggunakan tolak ukur yang sama di Indonesia, saat ini persentase muslim Indonesia adalah sekitar 87%. Menurun saat zaman saya SD dulu yang masih di angka 98%. Dalam buku Agama di Indonesia dalam Angka: Dinamika Demografis Berdasarkan Sensus Penduduk Tahun 2000 dan 2010, Agus Indiyanto sang penulis berdasarkan 
pengolahan data statistik Sensus Penduduk tahun 2000 dan 2010 dari Badan Pusat Statistik (BPS) memperlihatkan bahwa pertumbuhan nasional kristen & katolik mencapai 4.6% sedangkan pertumbuhan Islam hanya 1.56%

 Projected Change in Global Population

Dengan mencoba keluar dari perdebatan dan klaim antar agama mengenai pertumbuhan agamanya masing-masing, melalui tulisan ini saya hanya ingin ini dapat menjadi bahan evaluasi bagi diri sendiri. 

Apakah pudarnya matahari di negeri ini karena spirit berkhidmat kita dengan jalan Islam masih kalah dari spirit Kristen dan Katolik? Atau, dengan alienasi, cercaan dan tantangan khas minoritas, saudara-saudara kita di barat sana memiliki spirit yang lebih hebat sehingga islam tumbuh signifikan setiap tahunnya? Karena kelihatannya, matahari telah benar-benar terbit di barat sana.

Bila yakin tengah memegang kebenaran, mari lejitkan semangat untuk berkhidmat lebih baik lagi, untuk berbuat kebaikan lebih banyak lagi. Mari berlomba, sapa yang paling banyak menyenangkan hati saudaranya.

Matahari di barat sana sungguh tengah kelihatan lebih terang, maka kita jangan mau kalah. Terus berdo'a dan berupaya sekuat tenaga, sebelum matahari benar-benar terbit dari barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar