Nelayan, jika mengutip opini Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, "adalah para Pahlawan Gizi". Demikian sebab memang hanya ikanlah daging yang bisa dimakan manusia dengan ragam usia. Nelayan adalah bagian tak terpisahkan dari berkembangnya peradaban di benua manapun.
Potensi Perikanan dan Kelautan, bila digalakan lewat pemberdayaan nelayan, maka seperti yang diungkap oleh Rochmin Dahuri (mantan Menteri Kelautan dan Perikanan) akan mampu menyumbang devisa sampai empat kali lipat dari total APBN yang dimiliki Indonesia saat ini. Naasnya, dengan potensi sebesar itu, masih teramat minim perhatian pemerintah terhadap para nelayan.
Tanpa perlu diperpanjang lagi, amat jelas bahwa Pejuang pesisir dan Samudera itu punyaperan vital sekaligus bisa jadi kunci kebangkitan perekonomian nasional.
Lihatlah kini, 7,87 juta orang atau 25,14 persen dari jumlah penduduk miskin nasional adalah nelayan. Jumlah fantastis itu berasal dari 1.426 desa pesisir sepanjang pantai Indonesia. Butuh fokus yang kaya implementasi dari segenap stakeholder yang terlibat. Nelayan, layaknya rakyat sejatinya bukan bagian dari dagelan politik oknum rakus kekuasaan.
Setidaknya beri satu hari bagi mereka merasa sebagai Rakyat yang dihargai dan memiliki andil penting bagi negeri. Setidaknya rayakan satu hari dimana Nelayan jadi teramat spesial. itulah hari Nelayan. Hari yang ditetapkan di kalender nasional pada tanggal 6 April.
Namun banyak yang tak tahu. Pemberitannya di media pun sangat minim. Baligho dan Spanduk hanya nampang di jalan-jalan desa pesisir.
Terlepas dari semua itu, saya tetap salut dan bahagia pernah menyecap selebrasi hari Nelayan ke-52 tahun ini. Di Jawa Barat, perayaan tersebut dilangsungkan selama hampir satu bulan sepanjang pertengahan maret dan puncaknya pada 5 April 2012. Pelabuhan Ratu sebagai kota Pelabuhan terbesar di Jawa Barat tetap jadi pusat perayaan Hari Nelayan di Jawa Barat.
Nah, berikut hasil jepretan saya selama di TKP:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar