Dua Dua lima enam


2:256


A, si anu ternyata masih begitu. Jadinya saya kurang percaya.”
“A, ada 3 akhwat kita yang gak mau lagi ikut rohis. Gimana donk A?”
“Kang, saya gak nyangka si anu ternyata begitu selama ini, bisa-bisanya ya?”
“Gawat juga tuh kang. Si anu selama ini ternyata masih pacaran”
“Kang, si anu pengen mundur dari posisinya katanya. Karena ternyata..”
“A, banyak temen-temen yang pengen dia mundur, soalnya dia begini.....”
“Akh, saya heran kenapa dia pasca selesai dari sini kok malah jadi begitu ya?
dll...
dll......
dll......... -_-!!

:D Sering bukan mendengar keluhan macam demikian? Itu adalah hal senada yang dulu seringkali saya layangkan sebagai protes bila melihat ada yang tak beres dalam kerja organisasi. Sebab nyatanya memang keshalehan individu adalah
‘tongkat sakti’ yang akan selalu bisa menopang merosotnya kinerja individu maupun organisasi.

Bila kualitas ketaqwaan, apalagi keimanan menukik, yo Wis, oleng lah ‘perjalanan’ kita. Yang tadinya Allah sudah jaga di jalan yang lurus, lha kita yang sengaja berbelit-belit pake belok-belok naik-turun. Bila sudah seperti ini, tak perlu heran bila perjalanan kapal kita jadi serba sulit. Mudah hilang arah sebab kompasnya tak ditengok. Sulit melaju sebab sauhnya sulit diangkat. Tak menyambut angin kebenaran sebab layar imannya memang tak mengembang.

Olengnya idealisme ketaqwaan ini sangat mudah menjangkit siapapun, kapanpun, dimanapun. Alasannya? Ya apapun. Sebab alasan memang dikondisikan untuk selalu benar kan? Jadi sahabat sekalian, tak perlu ada tekanan. Jangan ada cercaan. Jangan hilang kepercayaan. Biar mereka itu demikian. Sebab mereka telah menetapkan pilihan, dan dalam agama, memang tak ada paksaan.

Dulu, sering saya merengut. Kini, ya senyum saja sambil manggut-manggut. Toh ini bukan perang melawan thaghut. Cuma berhadapan dengan orang-orang berpendirian kalut. Kecewa itu sudah patut. Namun kalau bisa sabar, saya salut :D Percuma empat tahun di kampus bila perkara sesepele ini saja tak bisa saya kelola dengan cermat.

Inilah sisi intrinsik lain dari menata kebajikan. Seni yang agak rumit memang.  Namun percayalah, ini sungguh menyenangkan. Makin ada yang simpang-menyimpang, kebenaran dan kebenulan jadi remang. Memang akan serba mengesalkan, namun memberi banyak peluang. Dan peluang untuk menang perang, adalah peluang yang paling terang.

Jadi membingungkan kan? Sudahlah rima-berima ini kita hentikan, hehe... lanjut maang..



Sahabat, pemuas segala harapan adalah kelapangan hati. Sebab Tuhanlah Sang Penentu kesudahan segala urusan. Ekspektasi yang berlebih hanya membuat lebar sebab-sebab kekecewaan. Inilah prinsip-prinsip dasar yang mesti kita rengkuh kukuh dalam menyeru. Kita tak serba tahu. Inilah perkaranya. Namun Tuhan serba tahu, itulah jawabannya. Tuhan pastinya telah mempertimbangkan baik-baik apakah seseorang itu telah punya kadar iman yang cukup untuk menampung hidayahNya. Tuhan juga pasti punya evaluasi mandiri tentang kualitas ketaqwaan seseorang setelah berulang kali ujian ditimpakan. Mulai ujian skala Kakap sampai yang sekarang nge-trend, serba nano.

Biar saja mereka itu kawan. Pacaran  lah. Jilbab yang mengkerut lah. Menghindari jamaah lah. Dakwah mandiri lah. Apa lah, Terserah lah. Katakanlah buah terlezat sejagat ini adalah strawberry di pasar Cikuda. Rela orang bayar berapapun untuk dapat buah ini. Dan ceritanya saya punya sekarung nih di rumah (iya lah saya orang cikuda, hehe). Pas antum silaturahim ke rumah, saya suguhin tuh buah. Saya suapin antum, sampe saya jejel-jejelin ke mulut antum. Apa coba? Nyelek pastinya. Potensi matinya juga kayaknya ada, hehe..

Islam ini anugerah terindah. Maka menyampaikannya pun mesti serba indah (elegan). Jika dipaksakan, ya seperti strawberry laknat itu tadi, akan membuat kita muntah-muntah. Kata cicitnya Hittler, Baume wachsen nicht in den himmel. Pohon tidak tumbuh di langit, alias segala sesuatu ada batasnya. Inilah batasan itu dalam dakwah. Yaitu variabel kompleks yang serba naik turun pada Subjek dakwah. Tuhan tahu itu, sedang kita tidak. Kita ikhtiar, biar Sang individu dan keputusan Tuhan yang jadi penjawab harapan-harapan baik kita.

alhaqqu min rabbika falaa takuunanna minal mumtariin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...