Langit masih suka
menyisakan violet sesaat sebelum gema maghrib merambat menasbihkan kuasaNya.
Violet juga akan nampak sesaat. Kala fajar selesai menunaikan tugas, dan subuh
telah tuntas. Violet itu eksotis.
Warna yang ada namun jarang sekali nampak.
Hanya di waktu-waktu itu tadi lah saat ini kita bisa menyaksikannya, meski sebentar
saja.
Namun ‘rasa’ yang
disampaikan dari menatapnya cukup aneh bagi saya pribadi. Sepertinya akan tak
lengkap komposisi ibadah pagi setelah subuh tanpa melihatnya, dan seperti
kurang juga bila hendak maghrib tak diawali berjumpa dengannya. Ada ‘rasa’ tertentu
darinya.
Beraneka yang Allah
cipta di dunia. Diantaranya pasti ada ‘penghibur hati’ tertentu yang punya
tempat spesial di tiap individu. Seperti Soe Hok Gie dengan puncak-lembah
gunung-gunung Jawa sebagai tempat ‘lari’ dan berinspirasi. Atau pepasir yang
membentang bergelombang bagi Shalahuddin Al Ayyubi. Atau Lubang Batu ‘Hira’ di
Jabal Nur, tempat Rasulullah merenung.
Allah, Pencipta
kita, Yang Maha Tahu keadaan kita, punya banyak penawar bagi kita. Pikiran yang
sempit, kondisi yang menghimpit, butuh akan suasana ‘segar’, banyak Masalah
Allah karuniakan. Disaat yang sama, Allah karuniakan pula solusi dan
suasana-suasana penyegar dalam berbagai wujudnya bagi kita. Namun sayangnya
jarang sekali kita peka.
Kepekaan hati
adalah buah dari kedekatan dengan Allah (muraqabatullah).
Hati yang sering lupa, maka yang akan selalu ada dalam alternatif solusi
pilihannya adalah dari manusia. Padahal Allahlah Yang Utama untuk jadi pilihan
absolut dalam solusi. Ini memang remeh, bahkan bisa terkesan keliru. Tapi ini
benar.
Sering kita
menganggap ‘saya bertawakkal’. Tawakkal dalam makna ‘telah menyandarkan’ segala
persoalan padaNya. Namun maaf, bagi saya sendiri itu masih keliru. Bukankah
redaksinya jika jadi ‘selalu menyandarkan’ diri pada Allah, sama sekali punya
makna yang jauh berbeda??
Aa Gym dalam sebuah
taujihatnya pernah berpesan mengenai kekeliruan ini. Beliau mengatakan kita
selalu bertindak dalam urutan ikhtiar, do’a, tawakkal. Padahal seharusnya
tawakkal, ikhtiar, tawakkal, do’a, tawakkal dan tawakkal. Berbeda bukan?
Tawakkal sepanjang urusan.
Sahabat sekalian
yang dirahmati Allah, ini bukan tidak penting. Kita semua tahu bahwa Dien kita
ini mencakup 3 hal yang tanpa ketiganya cacatlah Dien kita. Tiga hal itu adalah
Islam, Iman dan Ihsan. Sang Ihsan lah sebetulnya yang sejak tadi saya singgung.
Ihsan, yakni mendampingkan diri dengan kehadiran allah. Maka dalam hal ini,
Keislaman dan Keimanan seseorang seyogyanyalah telah cukup kuat untuk
menghadirkan suasana Ihsan.
Dalam praktiknya,
ada dua kondisi yang mencerminkan kualitas ihsan kita.
Pertama, Maqom Muraqobah yaitu manakala kita senantiasa
merasa diawasi dan diperhatikan oleh Allah dalam setiap aktivitas. Dan kedua, kedudukan
yang lebih tinggi lagi, Maqom Musyahadah
yaitu senantiasa memperhatikan sifat-sifat Allah dan mengaitkan seluruh
aktifitasnya dengan sifat-sifat tersebut.
Nah, mudah-mudahan
suguhan saya ini cukup enak dicerna. Kalau kurang bahan atau bumbu, maafkan.
Jadi, mungkinkah Violet tadi juga sang penyegar suasana yang Allah suguhkan? Allahua’lam
bish shawab J
Tidak ada komentar:
Posting Komentar