Demi Rumah



Sudah jadi kewajaran bahwa manusia punya keinginan-keinginan. Maka demi keinginannya, manusia rela mencari, bertahan dan berjuang. Namun bagi manusia berkeinginan mulia, ada pakem yang ia pegang sambil terus mencari yang diingininya.

Manusia jenis ini, melebihkan dirinya dengan kemampuan untuk menekan keinginan yang memang tak diperlukan. Alias, dia mampu mengutamakan kebutuhannya. Kebutuhan yang sudah duduk di prioritas hatinya akan mendesak rongrongan hawa nafsu yang selalu memaksanya.


Sebab bukan malaikat, manusia jenis ini pun butuh perlindungan untuk menjaga konsistensinya mempertahankan diri dari keinginan yang tak perlu. Maka, ia butuh bi'ah (lingkungan) yang sesuai. Lingkungan ini tak berupa tempat yang terkondisikan. Namun ternyata, lingkungan yang dibutuhkan adalah kumpulan manusia lain yang berpendirian sama.


Disinilah makna penting adanya pertemuan yang diulang (tarbiyah). Bahwa manusia, bisa dengan lebih mudah memelihara presistensinya dengan tarbiyah (insyaAllah). Dengan ini pula pada akhirnya ia mampu untuk dapat menyeimbangkan kuasa kebutuhan bersama keinginan yang  menjadi selir-selirnya.


Petunjuk berikut bila disimak dengan jernih akan mudah memahamkan kita bahwa Dia Yang Maha kita Butuhkan, teramat mengerti kecenderungan fitrah kita pada dilema menyeimbangkan kebutuhan dan keinginan. KataNya,



وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الآخِرَةَ وَلا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا وَأَحْسِنْ كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ إِلَيْكَ وَلا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الأرْضِ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ


"Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan[Al Qashash, 28:77]

Perhatikan dengan baik kalimat daar (rumah) yang Allah sandingkan dengan akhirat. Itu tak Allah sandingkan lagi dengan Dunya di kalimat selanjutnya. Maknanya, rumah yang notabene adalah tempat paling dirindu orang karena hangat cinta dan nyamannya adalah satu-satunya tempat pulang terindah buat kita, dan akhirat adalah rumah atas segala rumah.


Adapaun pulang ke rumah membutuhkan perjalanan sebagai bentuk upayanya, dan perjalanan akan mengungkung kita dengan beragam distorsi yang boleh jadi sedikit memperlambat perjalanan pulang.

Disinilah letak kasih sayang Allah. Ia malah memberi Izin, sekaligus sarana bagi kita agar perjalan tersebut menyenangkan. Kita memang harus mendayagunakan segenap tenaga untuk pulang menuju rumah. Namun Allah menyuruh kita agar setiap yang ditemui di perjalanan kita perhatikan untuk memperkaya bekal pulang.

Demi rumah, kita harus membayangkan senyum yang mengembang kala membuka pintunya. Demi rumah, kita harus berburu dengan waktu dan bersiap bekal agar orang rumah senang:) 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...