Pada dimensi yang berparalel dengan masa kita, dimensi keghaiban, jarum takdir sudah menusuk dan menanti bereaksi. Akan menyakitkan saat kita tak siap, akan mampu diredam bila kita menguasai beberapa trik untuk mengatasinya. Trik tersebut ada pada uji coba panjang kita bersama kesabaran, presistensi, serta keterasahan visi.
Apa rasanya menjaga hati dari cinta yang kita rasa berpaling?
Bagaimana pula menerima tuduhan atas perkara kelam yang tak kita sentuh?
Pernahkah Terpaksa menuruti sesuatu diluar kehendak demi kebaikan?
Seorang sahabat yang biasa saya temui pagi dalam rapat sederhana wafat dengan diagnosa rusaknya lambung. Seorang
sahabat 'dipaksa' menikah atas dasar balas budi. Seorang sahabat mesti tahan di cekikan rentenir demi langkah juangnya.
Mendengar cerita mereka saja sudah membuat saya ngilu kadang menangis. Namun yang mengherankan adalah kala mendengar orang lain justru berkata:
"Saya gak tau apa bisa bertahan kalo jadi kamu Ron".
"Saya gak tau apa bisa bertahan kalo jadi kamu Ron".
'Lho?'
Ya, begitulah. Buat yang lain, justru apa yang saya alami lebih ngilu lagi buat mereka simak. Maka sebenarnya relatif kawan. Kadar derita seseorang tak pernah absolut. Tak ada ujian yang benar-benar buat menderita sebenarnya.
Itulah juga makna besar memandang ke bawah dalam kungkungan ujian, dan memandang ke atas dalam kompetisi kebaikan. Semuanya agar kita selalu sanggup bersabar dan memenuhi gudang jiwa kita dengan tekad.
Sungguh, tak ada manusia yang lahir di dunia untuk bersenang-senang sepanjang hayat. Bila memang ada, potong telinga anda sendiri :D. Buktinya coba lihat, apa yang disebut manusia pilihan itu hidup diatas tahta, bergelimang harta dan dibuntuti wanita-wanita permata? Tidak, para Nabi itu adalah manusia dengan kelapangan dada luar biasa. Anda dan mereka para nabi itu sama-sama manusia biasa. Yang membedakan, para nabi punya hektaran ruang kebaikan di dadanya. Itu yang mengundang kehendak sang Maha Kuasa menguji mereka memberi amanah kenabian.
Kawan, jika yakin surga itu sangat indah tak terbantah. Maka anda mesti sepakat bahwa surga adalah tempat tak ternilai tak terbayang. Terobsesi kita untuk bisa punya kapling di dalamnya. Nah, lantas apa pernah sesuatu yang dinilai mahal itu berharga murah? tidak! Dan ujian hiduplah, deritalah, kesabaranlah harga yang mesti anda bayar untuk Surga dan eksotisme yang ditawarkanNya.
Penderitaan adalah buah hidup sebagai manusia. Tak tertolak. dan upah dari melaluinya juga tak terbayang. Tabah dan bertahanlah. Sebab Ayub tak lantas mundur dari derita. Muhammad 13 tahun meredam amuk hatinya di Mekah. dan Saudara-saudara di Palestina tak beranjak dari tanah lahirnya.
Jika sungguh-sungguh berniat hidup, jangan beranjak dari tempatmu berpijak. Tunggu hingga ujian diselesaikan, atau beranjak dengan sendirinya, atas kuasa Tuhan.
Ya, begitulah. Buat yang lain, justru apa yang saya alami lebih ngilu lagi buat mereka simak. Maka sebenarnya relatif kawan. Kadar derita seseorang tak pernah absolut. Tak ada ujian yang benar-benar buat menderita sebenarnya.
Itulah juga makna besar memandang ke bawah dalam kungkungan ujian, dan memandang ke atas dalam kompetisi kebaikan. Semuanya agar kita selalu sanggup bersabar dan memenuhi gudang jiwa kita dengan tekad.
Sungguh, tak ada manusia yang lahir di dunia untuk bersenang-senang sepanjang hayat. Bila memang ada, potong telinga anda sendiri :D. Buktinya coba lihat, apa yang disebut manusia pilihan itu hidup diatas tahta, bergelimang harta dan dibuntuti wanita-wanita permata? Tidak, para Nabi itu adalah manusia dengan kelapangan dada luar biasa. Anda dan mereka para nabi itu sama-sama manusia biasa. Yang membedakan, para nabi punya hektaran ruang kebaikan di dadanya. Itu yang mengundang kehendak sang Maha Kuasa menguji mereka memberi amanah kenabian.
Kawan, jika yakin surga itu sangat indah tak terbantah. Maka anda mesti sepakat bahwa surga adalah tempat tak ternilai tak terbayang. Terobsesi kita untuk bisa punya kapling di dalamnya. Nah, lantas apa pernah sesuatu yang dinilai mahal itu berharga murah? tidak! Dan ujian hiduplah, deritalah, kesabaranlah harga yang mesti anda bayar untuk Surga dan eksotisme yang ditawarkanNya.
Penderitaan adalah buah hidup sebagai manusia. Tak tertolak. dan upah dari melaluinya juga tak terbayang. Tabah dan bertahanlah. Sebab Ayub tak lantas mundur dari derita. Muhammad 13 tahun meredam amuk hatinya di Mekah. dan Saudara-saudara di Palestina tak beranjak dari tanah lahirnya.
Jika sungguh-sungguh berniat hidup, jangan beranjak dari tempatmu berpijak. Tunggu hingga ujian diselesaikan, atau beranjak dengan sendirinya, atas kuasa Tuhan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar