Begitulah...

Malam itu, entah kenapa jantungnya serasa tak mau berdetak normal. Dari siang, selalu lebih kencang dari biasa. Namun ia tak merasa sakit apapun. Senang malah. Bahagia apa itu, ia pun bingung buat menjelaskan. Yang jelas, ia tak keberatan terus seperti itu. Biar malam kian larut, senyum di wajahnya malah kian jelas terbentuk.

Di ujung timur kota, seorang lain merasakan hal yang sama. Ia rela berhenti menyimpan draft rancangan penelitian yang sebulan terakhir disusun. Malam itu, mendadak di kepalanya malah bermunculan kata yang sendirinya merunut jadi Syair. Ia pun menulis 3 puisi dan sebuah prosa panjang. Lantas ia bingung. Sejak kapan sebenarnya punya kemampuan seperti ini?

--- 

Esoknya anomali ini kian absurd. Dari sesuatu yang disebut hati itu, keluar begitu saja macam perasaan mulai dari malu, senang, bingung, dan sesuatu baru yang mungkin namanya rindu.

Apalagi ketika keduanya lantas tak sengaja berpapasan kedua kalinya. Mendadak ada karnaval panjang di pikiran masing-masing. Saling tatap sekilas itu, terterjemah begitu banyak dan panjang. Jadi kenangan berhari-hari yang menyenangkan. 

Dan rasa itu pun bercokol begitu saja tanpa mereka sadari kapan datangnya. Mereka tak berani menerjemahkannya sebagai Cinta. Tak jelas. Namun yang sudah jelas, bagi mereka itu perasaan yang menyenangkan. Tak tersentuh namun ada. Tak terurai namun ada. Tak terwujud... namun ada.

---

Bertahun kemudian, seseorang nampak tengah bermain riang bersama anak yang sangat manis. Meski tubuhnya nampak ringkih, namun ia bersemangat. Ia kelelahan, namun masih bisa bersusah payah menyaingi lincah si anak. Tak berapa lama, dua orang dewasa datang. Segera menghampiri dan memapahnya duduk. Ia sebenarnya tak apa-apa, namun ia mengerti kekhawatiran dua orang ini.

Ia kini adalah seorang nenek. Dengan empat orang anak, kini ia bercucu enam. Warna-warni hidupnya menarik. Dulu ia adalah gadis yang mudah kasmaran. Sempat sangat menyukai seseorang. Orang pertama yang ia begitu kagumi entah mengapa. Namun takdir tak mengikatnya dengan orang itu. Dalam pendaman rindu, ia dipertemukan dengan orang yang membawanya cinta. Seseorang yang bersama dalam pernikahan hingga ajalnya menjelang. Itulah akhirnya untuk pertama kali ia bisa mengatakan Aku Cinta setulusnya.

Dulu perasaan itu tak berbentuk. Tak berani ia namai cinta. Namun di pernikahan, teramat yakin ia gelari kasih sayang itu sebagai cinta. Cinta yang membuatnya rindu setengah hidup. Yang membuatnya tak resah di rumah menanti kepulangan. Cinta yang membuatnya punya kekuatan mengandung empat anak. Cinta yang bertransformasi jadi begitu banyak sayang.

Di ujung timur kota, seorang kakek termenung dengan khidmat. Pusara istri di depannya nampak segar dengan siraman air dan bebungaan. Ia tersenyum sendiri, kadang berbulir air mata tiba dan meruap semaunya. Entah mengapa, ratusan kata menghujani imajinasinya. Merunut jadi syair panjang kerinduan.

Meski alam pikirnya tak sekaya dulu, ia masih bisa menuliskan syair itu. Ia bisa menjadikannya sebuah buku lagi seperti waktu-waktu lampau. Sejak terkesannya ia pada gadis di masa mudanya itu, entah berapa banyak syair yang ia tulis. Sudah banyak pula yang dibukukan. Meski tak meledak, tapi cukup banyak yang menyukai buku syairnya. 


Dan yang tersungkur damai di bawah pusara ini adalah pelanggan buku fanatiknya. Pertama bertemu saat tiba-tiba dulu ia datang dan meminta tanda tangan. Kedatangan gadis lucu satu itu berikutnya kemudian jadi menyenangkan. Mereka menikah saat ia meluncurkan buku ketiganya. Hidupnya pun warna warni. Ia memiliki tiga cucu dari anak semata wayang yang gagah.

Dari keluarga inilah, ia kemudian meresap banyak makna tentang cinta. Cinta yang ia rasakan pun terurai luas. Syarinya tak lagi melulu tentang ia dan seorang perempuan yang menyentuh hatinya. Ia memaparkan cinta pada anaknya, menulis banyak tentang kagumnya pada alam, tentang damainya adzan-adzan di mesjid, tentang begitu berhikmahnya perjalanan.


Ketertarikan tak mempertemukan mereka dalam kebersamaan. Namun kagum yang disimpan, sampai akhirnya beririsan dengan kehendak Allah, akhirnya bertransformasi. Jadi cinta sesungguhnya. Jadi cinta yang sempurna.

Begitulah Cinta. Tak menarik ulur perasaan dengan mereka yang belum jelas siapa. Sebab di akhirat, ada pasangan definitif yang sudah Allah siapkan bagi setiap nyawa yang diizinkanNya tinggal di dunia O:)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Post

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...