Baru saja berakhirHujan di sore iniMenyisakan keajaibanKilauan indahnya pelangi...*
Hm, Maret. Maret 3 tahun lalu saya baru mengajukan Usulan Penelitian (UP). Maret 2 Tahun Lalu, hidung saya mesti di kompres karena ngembang kegirangan menyandang fresh graduate :D Maret setahun yang lalu, saya tengah bergulat dengan sebuah janji. Janji yang akan saya penuhi setahun kedepan, dan alhamdulillah rampung juga. Lalu Maret tahun ini? HA, let's shocking then! Kita buat gebrakan-gebrakan baru. Lompatan-lompatan! Sebab bila masih berjalan apalagi terseok, mimpi keburu terbang tanpa sempat kita genggam. Saatnya Kita Naik!
Maret. Orang sunda biasa berseloroh,
"Kabeh bulan nu tungtungna ber-ber-an pasti usum hujan. Nepi ka Maret, ret we hujan teh." Ret artinya berhenti. Seperti petikan *lirik lagu 'Sahabat' by Ipang diatas, hujan baru saja berakhir dan menyisakan keajaiban: Kilau indah pelangi.
Konon, ada bidadari 7 warna yang kegirangan menyambut pulang dewi hujan. Sebagai gantinya, mereka beterbangan diatas awan dan atas titah raja langit mereka bertujuh dengan sihir cantiknya memulas pelangi. Tentu itu cuma dongeng. Yang jadi pesan saya sebagaimana orang tua dahulu selalu dengan bijak menyisipkan nasehat pada dongeng-dongengnya, representasikan ketujuh bidadari itu sebagai bagian dari kita. 7 indra yang lekat dengan bumi saat sujud, kemudian rembes segala ketenangan batin saat bangkit dari sujud.
Begitulah setidaknya satu cara sederhana memaknai perguliran waktu. Waktu adalah batasan abstrak yang manusia sepakati atas eksistensi ruang dan dinamika yang menyertainya. Waktu, memberi kita batasan. Batasan buat berangan-angan dan larut dalam kemalasan! Waktu, adalah cemeti yang membuat seluruh otot kuda berkontraksi, mengekar dan membuatnya kuat berlari.
Masih ingat hura-hura tahun baru 2 bulan lalu? Banyak orang beramai-ramai membuat resolusi. Nah hingga awal Maret ini, sudah dimanakah posisi resolusi itu? Di puncak klasemen? atau malah mulai menunjukkan indikasi degradasi? Ups, jangan sampai lha ya.
Melawan keterbatasanWalau sedikit kemungkinanTak kan menyerah untuk hadapiHingga sedih tak mau datang lagi
Musuh resolusi itu banyak. Kesempatan, tenaga, dana, dan sekali lagi, waktu. Juga jangan lupakan satu-satunya musuh besar resolusi: ANDA! Ya. Musuh besar resolusi adalah sang pembuat resolusinya. Kesungguhan, tekad yang kuat (azzam), ketekunan, presistensi dan fokus kita pada tujuan akan melumat keterbatasan jadi banyak kemungkinan.
Coba tengok kisah Syaikh Ammar Bugis. Sebagaimana Syaikh Ahmad Yassin yang wafat 2005 lalu, beliau adalah seseorang yang dikaruniai Allah dengan cacat syaraf motoris. Ya, seluruh tubuhnya tak bisa digerakkan. Namun coba tengok prestasinya. Profesor muda ini Sejak usia 11 tahun sudah mulai menghafal Quran dan ketika menginjak 13 tahun sudah hafal Quran 30 Juz. Selain itu di Universitas mampu meraih nilai tertinggi (cumlaude) pada jurusan penyiaran dan komunikasi. Beliau juga berprofesi sebagai dosen di universitas yang ada di AS dan Dubai. Yang menarik juga adalah bahwa beliau telah mempunyai anak yang sekarang sudah 14 tahun usianya.
Hal yang mengundang decak kagum begini tak kan mungkin terjadi bagi yang mudah putus asa. Tak mungkin bagi yang tak percaya pada kapasitas diri. Juga tak lupa, tak mungkin tanpa prasangka yang super positif pada keMaha-Kuasa-an Tuhan.
Jadi? dimanakah posisi resolusi kita dua bulan awal ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar